Selasa, 07 Maret 2017

Frozen


Image result for ice castle frozen





Bokap ga tahan hidup susah sama gw.
Tingkat kepuasan dia yang sulit dipenuhi, ditambah ogah ninggalin gaya hidup hura2 bersama teman2nya itu, membuat dia terus mengeluh untuk segala hal yang patut disyukuri.

Kurang apa yang gw kasi?
Bukankah begitu nyampe sini, gw kasi kalian tinggal sebulan di hotel berbintang?
Lalu kemudian gw pindahin ke villa di salah satu lokasi terelit di bali?
Dengan kolam renang pribadi, dan bath tub di tiap kamar?
Dengan 3 orang pembokat?
Kurang apa?

Tapi ternyata project gw di kampung kalian ga peduliin, dan gw rugi belasan juta.
Dan bukan masalah belasan juta atau ratusan juta.
Tapi kalian ga nganggap gw. Kalian pikir gw begitu mudah dapet duit, jadi ga apalah kalo hanya belasan juta kalian buang.

Ngotot dengan project di sini.
Nyaris berantem besar antara gw dan mami, karena merasa bahwa gw hanya anak kecil yang ga tau bisnis apapun, dan kami semua harus menurut apapun yang papi putuskan.
Hasilnya?
Kalian mengambil pinjaman sangat besar ke orang2 lain mengatasnamakan aku.
Dan memutuskan sembarangan semua project yang aku handle.
Lalu membiarkan aku bertanggungjawab untuk segala sesuatu.

Lalu gw memutuskan untuk memindahkan tempat tinggal ke tempat yang lebih bisa gw bayar, tapi dengan fasilitas yang sama persis, hanya lebih murah karena lokasinya bukan di the most premium location.
Sama saja.
Tetap mengeluh.

Setiap hari mengeluh karena makanan "seadanya" yang gw sediain di rumah.
Maunya mungkin makan di resto setiap hari, yang sekali makan kita selalu ngabisin 700rb.

Dan di puncak keluhan2 itu, papi merengek2 minta pulang kampung.
Gw iyain.
Gilaaaa... gw sakit berbulan2 karena frustasi dengan hidup!
Tiket pesawat sudah dibeli.
Sekarang kerjaannya ngepacking sepanjang hari.

Tiba2 hari ini papi menangis.
Menangis menjadi-jadi.
Sadar bahwa dia akan meninggalkan kami di saat2 yang sangat menyesakkan bagi kami.
Tiba2 sadar bahwa dia meninggalkan kami di saat di mana kami sangat membutuhkan dukungan dari siapapun juga.

Mami menangis melihat papi nangis.
Tapi aku hanya tersenyum, kalau tidak bisa dibilang tertawa.

Aku tidak peduli.

Hatiku sudah beku saat aku tau, dia benar2 ingin pulang karena situasi di sini terlalu menyesakkan.
Hatiku sudah beku saat aku sadar, dia hanya ingin bersama denganku di saat2 aku memenuhi semua yang dia mau.
Dan meninggalkanku di saat2 seperti ini.

Aku tidak punya suami.
Aku juga tidak punya orangtua.
Dan bahkan aku sudah kehilangan seseorang yang pernah berjanji menjagaku seumur hidup.

Dan airmata, tidak semudah itu mencairkan hatiku yang beku.





The snow glows white on the mountain tonight,
not a footprint to be seen.
A kingdom of isolation and it looks like I'm the queen.
The wind is howling like this swirling storm inside.
Couldn't keep it in, Heaven knows I tried.
Don't let them in, don't let them see.
Be the good girl you always have to be.
Conceal, don't feel, don't let them know.
Well, now they know!
Let it go, let it go!
Can't hold it back any more.
Let it go, let it go!
Turn away and slam the door.
I don't care what they're going to say.
Let the storm rage on.
The cold never bothered me anyway.
It's funny how some distance,
makes everything seem small.
And the fears that once controlled me, can't get to me at all
It's time to see what I can do,
to test the limits and break through.
No right, no wrong, no rules for me.
I'm free!
Let it go, let it go.
I am one with the wind and sky.
Let it go, let it go.
You'll never see me cry.
Here I'll stand, and here I'll stay.
Let the storm rage on.
My power flurries through the air into the ground.
My soul is spiraling in frozen fractals all around
And one thought crystallizes like an icy blast
I'm never going back; the past is in the past!
Let it go, let it go.
And I'll rise like the break of dawn.
Let it go, let it go
That perfect girl is gone
Here I stand, in the light of day.
Let the storm rage on!
The cold never bothered me anyway...

now, the petition.

Image result for standing in the promise



Tuhan, aku tidak bisa lagi melanjutkan pernikahan ini.
Dan aku tidak bisa memberiMu alasan.
Bukan semata-mata karena aku kecewa.
Atau karena merasa kesepian.
Baik kesepian secara emosi, maupun kesepian dalam arti yang jauh lebih dalam.
Bukan juga karena aku menuntut terlalu banyak dalam sebuah hubungan.
Atau karena aku mengkhianati cinta maupun janji yang dulu aku lakukan di depanMu.

Tapi semata-mata karena aku tidak mau lagi.

Begitu banyak temanku yang menasihati aku panjang lebar tentang pernikahan, dan tentang semua hal buruk yang mungkin terjadi di dalamnya. Dan bagaimana kita harus tetap bertahan dalam anugerah Tuhan. Dan terus berjuang.

Tapi itu sama sekali bukanlah alasannya.
Alasannya hanya sesederhana, bahwa aku satu2nya yang berusaha mempertahankan ini semua. Dan yang berjuang untuk kehidupan.

Tuhan, pikirku kalau hanya aku sendiri yang berpikiran seperti ini, mungkin sekali aku harus banyak mempertimbangkan kembali. Sebab bisa jadi ini hanya emosiku yang bermain sesaat, atau ketidakmampuan aku beradaptasi dengan karakter orang lain.
Tapi kalau seluruh keluargaku juga melihat hal yang sama, semua sahabatku melihat hal yang sama, bahkan orang yang tidak mengenal kami bisa mengambil kesimpulan yang sama, lalu bagaimanakah aku bisa terus membela perasaan emosionalku dengan mengatakan bahwa ini semua bisa diperbaiki dengan mudah?

Karakterku yang nyaris tidak pernah menyerah dengan siapapun, yang menjadikan aku orang paling tangguh menghadapi orang2 paling sulit di hadapan semua orang, membuat semua keputusan ini terasa lebih berat.

Tapi mungkin aku harus menyerah.
Menyerah dengan seseorang, supaya Tuhan tidak menyerah denganku, tidak menyerah dalam usahaNya membuat aku bahagia.

Sebuah perjanjian tidak pernah dimaksudkan untuk ditepati hanya oleh satu orang.
Sebuah pernikahan tidak pernah dimaksudkan hanya untuk diusahakan oleh satu orang saja.

Hari ini, tanggal 7 maret.
Aku akhirnya memberanikan diri mengajukan sebuah petisi di hadapanMu.

Berikanlah aku pendamping yang baru.
Aku ingin seseorang yang bisa menjadi ayah yang baik bagi El Rapha dan bagi anak2 perempuan kami. Menjadi ayah yang memenuhi figur bapa yang baik bagi anak2, supaya anak2ku bisa melihat diriMu di dalam dia.
Berikanlah aku seseorang yang mampu mendampingi aku mengejar dan memenuhi visi2 mustahil itu.
Yang mampu mengangkat pedangnya dengan kuat, dan berperang dengan gagah perkasa.
Yang bisa tetap mempertahankan hikmatnya saat aku kehilangan kewarasanku.
Yang bertahun-tahun lamanya sudah Tuhan bentuk di dalam masa2 kesesakan.
Namun yang tidak kehilangan harapan... dan yang terus mampu menjaga sukacitanya.. supaya dia mampu menyalakan sukacitaku di malam yang kelam.
Dan seseorang yang tidak bisa mencapai potensi maksimalnya tanpa aku di sampingnya.
Seorang kawan terbaik, seseorang yang di hadapannya aku bisa menjadi jujur seperti kepadaMu, tanpa takut dihakimi.
Seseorang yang tidak bisa aku kalahkan.

Seseorang yang bila aku tiba di ujung usiaku, aku bisa mengatakan dengan bangga pada semua orang, bahwa akhirnya aku tau...
Bahwa Tuhan sendiri yang menulis kisah cintaku.