Selasa, 07 Maret 2017

now, the petition.

Image result for standing in the promise



Tuhan, aku tidak bisa lagi melanjutkan pernikahan ini.
Dan aku tidak bisa memberiMu alasan.
Bukan semata-mata karena aku kecewa.
Atau karena merasa kesepian.
Baik kesepian secara emosi, maupun kesepian dalam arti yang jauh lebih dalam.
Bukan juga karena aku menuntut terlalu banyak dalam sebuah hubungan.
Atau karena aku mengkhianati cinta maupun janji yang dulu aku lakukan di depanMu.

Tapi semata-mata karena aku tidak mau lagi.

Begitu banyak temanku yang menasihati aku panjang lebar tentang pernikahan, dan tentang semua hal buruk yang mungkin terjadi di dalamnya. Dan bagaimana kita harus tetap bertahan dalam anugerah Tuhan. Dan terus berjuang.

Tapi itu sama sekali bukanlah alasannya.
Alasannya hanya sesederhana, bahwa aku satu2nya yang berusaha mempertahankan ini semua. Dan yang berjuang untuk kehidupan.

Tuhan, pikirku kalau hanya aku sendiri yang berpikiran seperti ini, mungkin sekali aku harus banyak mempertimbangkan kembali. Sebab bisa jadi ini hanya emosiku yang bermain sesaat, atau ketidakmampuan aku beradaptasi dengan karakter orang lain.
Tapi kalau seluruh keluargaku juga melihat hal yang sama, semua sahabatku melihat hal yang sama, bahkan orang yang tidak mengenal kami bisa mengambil kesimpulan yang sama, lalu bagaimanakah aku bisa terus membela perasaan emosionalku dengan mengatakan bahwa ini semua bisa diperbaiki dengan mudah?

Karakterku yang nyaris tidak pernah menyerah dengan siapapun, yang menjadikan aku orang paling tangguh menghadapi orang2 paling sulit di hadapan semua orang, membuat semua keputusan ini terasa lebih berat.

Tapi mungkin aku harus menyerah.
Menyerah dengan seseorang, supaya Tuhan tidak menyerah denganku, tidak menyerah dalam usahaNya membuat aku bahagia.

Sebuah perjanjian tidak pernah dimaksudkan untuk ditepati hanya oleh satu orang.
Sebuah pernikahan tidak pernah dimaksudkan hanya untuk diusahakan oleh satu orang saja.

Hari ini, tanggal 7 maret.
Aku akhirnya memberanikan diri mengajukan sebuah petisi di hadapanMu.

Berikanlah aku pendamping yang baru.
Aku ingin seseorang yang bisa menjadi ayah yang baik bagi El Rapha dan bagi anak2 perempuan kami. Menjadi ayah yang memenuhi figur bapa yang baik bagi anak2, supaya anak2ku bisa melihat diriMu di dalam dia.
Berikanlah aku seseorang yang mampu mendampingi aku mengejar dan memenuhi visi2 mustahil itu.
Yang mampu mengangkat pedangnya dengan kuat, dan berperang dengan gagah perkasa.
Yang bisa tetap mempertahankan hikmatnya saat aku kehilangan kewarasanku.
Yang bertahun-tahun lamanya sudah Tuhan bentuk di dalam masa2 kesesakan.
Namun yang tidak kehilangan harapan... dan yang terus mampu menjaga sukacitanya.. supaya dia mampu menyalakan sukacitaku di malam yang kelam.
Dan seseorang yang tidak bisa mencapai potensi maksimalnya tanpa aku di sampingnya.
Seorang kawan terbaik, seseorang yang di hadapannya aku bisa menjadi jujur seperti kepadaMu, tanpa takut dihakimi.
Seseorang yang tidak bisa aku kalahkan.

Seseorang yang bila aku tiba di ujung usiaku, aku bisa mengatakan dengan bangga pada semua orang, bahwa akhirnya aku tau...
Bahwa Tuhan sendiri yang menulis kisah cintaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar