Selasa, 20 Juni 2017

Kerahiman Ilahi

Related image



Di dalam masa perjuangan mencapai apa yang aku inginkan, sekaligus berjuang untuk hidup yang lebih baik, aku sudah berdoa dengan 1001 cara yang aku tau :)
Dan dalam petualangan aneka doa itu, aku akhirnya bertemu dengan doa Koronka :D
Sebuah doa yang lagi populer di kawan2 katolik, direkomendasikan oleh banyak orang.
Semua mengenalnya sebagai doa kerahiman Ilahi.

Pertama kali, aku nekat berdoa bahkan tanpa mengerti sama sekali apa itu kerahiman.
Budaya katolik yang senang menyusun doa dengan gaya bahasa tempo dulu, sering membuat aku kesulitan memahami apa maksudnya.
Sebutlah seperti doa salam maria. Meskipun aku tau doa itu adalah ucapan malaikat pada maria, dan ucapan maria pada elisabeth (?), aku tetap kesulitan mengartikan maksudnya.
Dan akhirnya, atas nama petualangan doa, aku mencari juga versi bahasa inggris dan bahasa latinnya, barulah kurang lebih bisa menangkap apa maksudnya.

Kembali ke doa Koronka.
Ternyata, setelah mencari ke sana ke mari, aku menemukan juga bahwa ternyata Koronka itu berbeda dengan doa kerahiman Ilahi.
Kebiasaanlah yang senang menggabungkan keduanya.
Berdosa? Tentu saja tidak.
Hanya menarik.
Karena aku kemudian akhirnya mengerti apa devosi itu, dan bagaimana posisinya di dalam ajaran gereja katolik, dan betapa begitu banyaknya orang yang salah kaprah tentang itu, termasuk diriku juga :D

Ternyata kerahiman Ilahi adalah, jika disederhanakan, adalah permintaan Tuhan untuk mengingat dan merenungkan peristiwa kematianNya, dan semua penderitaanNya. Karena itu dilakukan di jam 3 sore, jam kematian Tuhan menurut alkitab.
Merenungkan. Mengingat. Untuk menghormati apa yang Dia lakukan untuk manusia.
Untuk mengingat kerahimanNya.
Lalu apa itu kerahiman? :D
Ternyata kerahiman itu adalah belas kasihan Allah. Kasih setia Tuhan. Kebaikan dan kemurahan Allah.
Indah sekali...
Andai dari dulu aku tau apa itu kerahiman, pasti aku sudah sering melakukan perenungan kerahiman Ilahi seperti ini.

Beberapa hari mencoba mengikuti hal ini, aku mengikut secara buta pada apa yang semua orang lakukan.
Mengucapkan beberapa kata tertentu yang sudah disusun, lalu mengingat penderitaan Kristus... dan aku merasa sengsara karenanya!
Tapi still have no other idea.
Aku tidak bisa bertanya ke orang protestant dan karismatik, karena mereka tidak melakukan itu.
Hanya orang katolik yang melakukan doa kerahiman Ilahi.
Dan tidak ada yang bisa ajak bicara... karena tidak ada yang mengerti sebenarnya apa yang aku mau.

Baik, aku tau Tuhan mengerti. Jadi sebaiknya, karena menurut tradisi ini adalah yang diminta Tuhan Yesus untuk dilakukan, maka sebaiknya J saja yang menjelaskan sendiri kepadaku.

Lebih dari 2 minggu berlalu... tetap merasa miserable di dalam hati, tentu saja diam2, tidak berani mengatakan apa2 pada siapapun.
Hanya sebuah seruan kecil pada Tuhan, am I do it rite Lord?

Tapi pagi itu......
Saat aku membuka catatan doaku (aku sekarang punya buku doa, LOL, yeeeay!).
Sebuah ayat firman Tuhan menyelinap di pikiranku.
Sering, begitulah cara Tuhan memberitahukanku sesuatu.

Sebuah ayat yang sangat indah di Yohanes 10:10.
Aku datang, supaya mereka memiliki hidup. Dan memilikinya di dalam segala kelimpahan.

Dan airmataku mulai mengalir.

Yah.
Benar.
Tuhan Yesus datang, untuk taat sampai mati.
Dia dihina, disiksa, menderita, mati... untuk aku.
Dia mati, supaya aku hidup. Supaya aku hidup di dalam segala kelimpahan.
Dia dilukai, supaya aku bisa sembuh.
Dia dihina, supaya aku tidak perlu menerima penghinaan.
Dia disakiti, supaya tidak ada satu kuasa pun yang bisa menyakiti aku.
Karena penyakit kita yang ditanggungNya, dan kesengsaraan kita yang dipikulNya (Yesaya 53:4), supaya kita tidak perlu mengalaminya.
Dia menjadi kutuk menggantikan kita, supaya kita tidak perlu hidup di dalam kutukan2 karena pelanggaran kita.
Dia dihukum, supaya aku diampuni untuk semua kesalahanku.
Dia mati, supaya aku bisa datang ke tahta kasih karunia dan menerima semua yang sudah disediakan Allah bagiku.

Sehingga cara yang terbaik untuk aku menghormati sengsara Kristus, untuk menghormati kerahiman Ilahi, kebaikan dan belas kasihan Allah yang menakjubkan itu...
Adalah dengan menerima semua yang disediakan oleh Allah, yang sudah dibayar oleh semua penderitaan Kristus itu.
Dan mengatakan pada semua orang, hey ke marilah...
Dia sangat baik.

Sabtu, 13 Mei 2017

Pikiran Gila

Image result for no picture



Oh baiklah. Aku akui, tujuan utama aku ingin ikut Konvenda (dan rada ngotot pulang) sebenarnya karena aku ingin ketemu ko Charles. Hahahahaha.
Baiklah. Silahkan tertawa. LOL.
Aku tidak bisa melawan pencobaan itu. Wakakakakakakakaka.

Meskipun tidak ada seorangpun di dunia ini yang sadar apa yang sebenarnya pernah terjadi antara aku dan dia (lha emang apa? hahahahahaha), aku sungguh sangat penasaran akan seperti apa jika ada pertemuan hari ini. Umm.. Sesudah lebih dari 10 tahun? Huahahahaha.

Aku juga tau bahwa aku menghadapi kemungkinan kecewa yang sangat besar jika pertemuan itu berhasil terjadi juga, hahahaha.
Aku hari ini bukanlah aku lebih dari 10 tahun yang lalu.
Tapi aku tidak tau dengan dia.
Apakah masih sama?
Oh aku akan sangat kecewa kalau dia masih sama saja.
Legenda karismatik yang namanya sempat populer di koran2 dan seantero Indonesia itu apakah akan tetap sama? Aku penasaran.
Dan lebih penasaran dengan, bagaimana reaksinya bertemu aku. Hahahahahahaha.
Apakah dia tetap akan mempertahankan gayanya yang ke-koko2an itu? Wakakakakakakakakaka.

Oh gila, tidak akan pernah terjadi CLBK,
Percayalah padaku, Tuhan. Wakakakakakakakakakaka.

Lagipula, dia sudah tidak seganteng dulu :D

Apa yang Kau buka, tak seorangpun bisa menutupnya :)

Image result for gold key


Orang2 bertanya, mengapa aku seperti orang yang tidak tau bagaimana rasanya membentur tembok.
Mengapa aku harus terus berdoa berbulan-bulan, setiap hari, dengan segenap kekuatan, untuk memperoleh apa yang aku inginkan.
Bahkan saat Allah sendiri berdiri di hadapanku, aku tetap tidak mau tau, dan terus mengajukan permintaan tanpa henti.
Seperti orang yang sangat keras kepala.
Meskipun di dalam proses itu, aku harus babak belur.
Meskipun setiap kali aku mengajukan permintaan, Allah sendiri menghadangku lalu Dia mulai melukai aku, mengapa aku tidak peduli?

Jawabku, karena aku tau, Dia tau apa yang Dia lakukan.
Karena aku tau, lebih baik jatuh ke tangan Allah daripada jatuh ke tangan manusia.
Karena aku tau, setiap kali Dia melukai aku, aku disembuhkan.
Karena aku tau, segala sesuatu yang Tuhan perbuat saat Dia sendiri menghadang aku, adalah cara yang Dia lakukan untuk menarik kapasitasku, dan membuat aku seorang pribadi yang pada akhirnya berhasil menjadi wadah yang baik untuk menerima apa yang aku minta.
Hal sulit yang aku minta itu...

Senin, 08 Mei 2017

Miracles can happen!



Akhirnya, benar, akhirnya aku sepertinya sudah menemukan jawabannya.
benar, itu jawabannya. Di situ persoalannya.
Itu penyebabnya kenapa kepekaan naik dan turun, kenapa kuasa Tuhan datang dan pergi.
Benar, aku rasa di situlah penyebabnya.

Terima kasih.
Kenapa aku tidak menyadari hal simple ini sejak awal.
Mungkin juga ini ada pengaruhnya dengan keputusanku ke Jakarta.
Dan keputusanku mempercayai apa yang kau katakan.

Di sebuah ilustrasi di bawah ini, aku memperoleh alasan mengapa dan bagaimana yang selama ini aku cari, yang sudah setengah tahun aku doakan setiap hari dengan berlinang air mata.



----------------------------------------


There once was a boy named Pete. 
Although he seemed like an ordinary boy, Pete was really a very unusual boy. It wasn’t that he didn’t like to play and ride his bike like all his friends. 
What made Pete special was that he only believed in things he could see, touch, or taste. 
While his friends never thought to question anything that they learned, Pete was skeptical about anything that he could not prove. 
He had serious doubts about electricity, since he couldn’t actually see it. 
He even had doubts about the Earth being round, since all around him he could only see flat land. 

Other children often talked about a magical wizard that lived in an enchanted garden outside of town. Many stories were told about how this wizard would make people’s wishes come true. 
But Pete did not believe it. 
Pete had seen magicians. 
He had watched them pull rabbits out of their hats, make coins disappear, and even fly all the way up to the ceiling. 
But magicians will tell you themselves that every trick is an illusion. 
With a lot of practice and a quick hand, they are able to make their tricks look real even when they’re not. Pete knew very well that there was no such thing as a wizard. 
“How silly!” he thought. “Wizards aren’t real, they only exist in fairytales.” 

One day, when Pete went to visit his grandmother, he fell asleep on the bus on his way back home.
“Wake up, young man,” a loud voice startled him, “this bus is going back to the station.”
Pete rubbed his eyes and woke up. 
Realizing that he had missed his stop, he got off the bus and found himself in an unfamiliar place. 
He looked around and saw that he was in a small garden surrounded by smooth stone walls and trees with shimmering leaves. 
Pete immediately recognized that this was the garden everyone had been talking about—the place where the wizard lived. 

“Hmm, let’s just see who really lives here,” Pete thought as he opened the iron gate and peeked inside. He couldn’t believe his eyes. 
The garden really was enchanting, just as the stories had described. 
Pete was truly charmed as he walked through the cobblestone path; never before had he seen such magnificent flowers and trees! 
The path brought him to the middle of the garden, and there, sitting on a bench, was an old man with a long, gray beard.
“Are you a wizard?” Pete asked the stranger suspiciously.
“Yes and no,” the man responded.
“What does that mean?” Pete asked.
“You are asking if I can make miracles happen, and the answer is not completely, only halfway.”
“Halfway? What does that mean?” Pete was confused.
“The magic only works if people remember that I helped them, but they usually forget and end up with nothing.” 

“Umm, I don’t get it,” Pete confessed.
“Let’s imagine that you ask your mom to buy you a baseball bat. Before you ask her, you‘ll think about your mom. Right?”
“Of course,” Pete agreed.
“But when you start playing baseball with your friends, you forget about your mom and the only thing left on your mind is how to hit a ball. My magic works the same way. It has helped many important wishes come true, but as soon as people forget about me, everything disappears.”
“Can I make a wish, too?” Pete asked.
“Absolutely! When you make your wish, just say the magic words: ‘Miracles can happen,’ and your wish will instantly come true! But remember, you can only make one wish.”
Pete said goodbye to the wizard and soon he was on a bus heading back home.
“I should wish for grandma to get better!” Pete thought to himself. “But if I forget that it was the wizard who healed her, she’ll get sick again… No, that won’t do. How about a bike? And then again, once I start riding it, I’ll forget about the fact that it’s magic and the bike will disappear. So what can I do?”
Meanwhile the bus had reached his stop. Pete got up, looked at all the passengers, and suddenly knew what to do. 


“I wish for everyone to always remember that miracles really do exist and there is a wizard that makes them happen!” Pete shouted so that everyone on the bus could hear him. 
And he spoke the secret words: “Miracles can happen!” 
He knew that he was using his one and only wish, but that was OK, because now the wizard could make everyone’s wishes come true.
Pete got off the bus and walked down the sidewalk to his home. 
His house looked just like it did this morning before he left to visit his grandma. 
But as he opened the door, he heard the phone ring; it was his grandma.
“Pete, you’re not going to believe this, but all of a sudden I feel so much better! It’s a miracle!”
“You’re right, Grandma, it is a miracle!” said Pete smiling happily, remembering the wonderful wizard who had made it happen. 

Illustrations: Michael Gonopolsky

Sabtu, 06 Mei 2017

A Place Called Destiny 02

Image result for red butterfly



Tapi di sana, bukan hanya ada orang2 yang mengasihi Tuhan.
Di sana juga ada sahabat2 dari the dark world (ciee bahasanya).
Aku sudah nyaris melupakan mereka, sampai beberapa hari ini, karena Tuhan tiba2 menunjukkan hal baru kepadaku.
Aku tidak ingin tinggal di Tangerang. Sangat luar biasa tidak ingin.
Meskipun seseorang pernah bilang, semua yang ada di Jakarta ada di Tangerang, sama sekali no idea untuk aku tinggal di Tangerang.

Lha, aku pikir selama Tuhan tidak menunjukkan bahwa aku harus di Tangerang, bukankah adalah hakku memilih di mana saja selama itu bisa disebut Jakarta? :D
Dan aku tentu saja akan memilih Jakarta. Hahaha.

Baru 3 hari ini aku mulai melihat gambaran yang lebih detail.
Sedikit lebih detail.
Maksudku, sedikit punya gambaran.
Selama ini benar2 buta. Tidak ada yang aku lihat tentang Jakarta, dan karena itu mungkin aku ogah2an pergi.

Hanya sedikit percikan penglihatan.
Tapi sudah cukup untuk membuat aku tau ke mana harus melangkah.
Sudah cukup untuk aku mengira2 ke mana arahnya.

Hahaha.
Aku tidak percaya Kau menginginkan aku melakukan ini.
Kau tau Tuhan, bahwa aku malas belajar.
Tidak bisakah aku melakukan hal yang ku suka saja?

Aku tau Tuhan tertawa.
Dan berkata,
"AKU akan membuatmu menjadi apa yang kau katakan pada semua orang selama bertahun-tahun. AKU akan membuatmu melakukan apa yang kau lihat bertahun-tahun, yang kau percayai sebagai dirimu bertahun-tahun tapi tidak tau bagaimana melakukannya. Hahahaha... Kau akan belajar sendiri, atau AKU akan memaksamu belajar."

A Place Called Destiny 01

Image result for butterfly very beauty


Segalanya stuck.
Sampai akhirnya aku mengatakan pada Tuhan, bahwa jika Dia melepaskan aku dari semuanya ini, aku akan mengemas semua barangku dan pergi ke tempat yang Dia inginkan itu.

Sebenarnya persoalan Jakarta tidaklah sesederhana itu.
Jauh lebih rumit daripada sekedar ketakutan bertemu dengan seseorang.
Yang jika ditelusuri lebih lanjut, ketakutan itu sebenarnya lebih kepada ketakutan karena tidak bisa melihat hal-hal detail yang ingin aku lihat.
Aku selalu ingin melihat segala sesuatu.
Dan meskipun aku melihat jauh lebih banyak dari orang2 lainnya, tapi aku tidak pernah puas melihat.
Aku ingin melihat keseluruhan gambarannya, besar atau kecil, dan rasa penasaranku sangat tinggi.
Entah rasa penasaran yang tinggi, atau kepercayaan pada Allah yang rendah.
Bagaimanapun juga, untuk apa kita ragu melangkah meskipun tidak melihat apapun, jika kita percaya bahwa Tuhan mampu dan mau mengendalikan segala hal untuk kebaikan kita kan?

Aku tidak bisa melihat apa yang akan terjadi.
Itu persoalannya.
Aku tidak bisa melihat bagaimana kami akan menyelesaikan "persoalan sangat besar" itu, atau bagaimana aku akan diselamatkan dari norma2 kesusilaan (atau tidak akan terselamatkan?).
Dan aku sama sekali tidak bisa melihat apa yang akan terjadi di Jakarta, sama sekali tidak bisa melihat diriku melakukan sesuatu di sana.

Aku mempunyai banyak kepentingan di sana (ikut bahasa politik), dan banyak orang juga punya banyak kepentingan di sana.
Aku sungguh akan kesulitan berurusan dengan berbagai denominasi dengan keyakinan2 mereka yang meskipun sangat tulus, tapi tidak bisa masuk ke visiku.
Dan ketulusan itu selalu menggugah aku.

Sekarang, pola pikir dan perspektifku, benar2 lebih ke katolik daripada yang lainnya.
Dan setiap kali aku memikirkan hal ini, aku pasti akan terbayang wajah semua orang katolik yang sangat baik dan sangat aku kagumi karena kerinduan mereka kepada Tuhan, kegairahan, dan kerendahan hati mereka.
Aku tidak bisa melepaskan diri sama sekali. Dan sama sekali tidak ingin melepaskan diri.
Kalo ke Jakarta, mereka mau tidak mau, pasti akan menjadi bagian hidupku.
Mereka seperti keluarga yang tinggal serumah denganku.

Tapi bukan hanya katolik keluargaku di Jakarta.
Ada ko F**I. Sahabat rohani yang sangat aku kasihi. Yang sudah menganggap aku seperti adik kandungnya sendiri.
Yang pernah menangis seperti anak kecil karena mendapati aku mau keluar dari gereja karena merasa terluka dengan dia, padahal hari ini dia baru saja berkhotbah tentang kasih dan kesembuhan luka hati.
Satu2nya gembala gereja itu yang menelp aku dari Jakarta saat adikku meninggal. Yang berusaha keras menenangkan hatiku, yang dengan jujur mengakui bahwa dia shock dan berkata pada Tuhan bahwa dia tidak terima adikku meninggal.
Meskipun saat ini,
Aku berdiri di kepercayaan teologis yang agak berbeda dengan dia, tapi bagaimanakah aku tidak akan menjadi bagian dari pelayanannya di Jakarta?

Belum lagi dengan sebuah gereja besar yang terkenal sebagai gereja para artis, dengan salah satu pengajar seniornya yang mengejar aku dari beberapa tahun yang lalu, dan yang tidak pernah mau aku temui?
Kalau dia tiba2 muncul di depan pintu rumahku, apakah aku bisa bersembunyi? Atau apakah aku akan tega mengusir mereka dengan gaya jutekku?

Ada lagi sebuah gereja komunitas.
Yang gembalanya sangat ingin mengajakku membantu pelayanannya, tapi bahkan bicara saja denganku minder.
Bagaimana aku bisa mengatakan tidak jika ada seseorang yang datang merendahkan diri dan meminta, maukah menolongku, Petra?

Atau seorang adik yang menikah dengan pendeta sebuah gereja yang tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan... yang juga sama2 mengasihi aku. Yang sementara mempersiapkan pesta penyambutanku di sana bersama suaminya, haha.

Tidak lupa juga, di Jakarta juga ada teman-teman komunitas orang2 pelayanan yang sangat mencintai Tuhan, yang pola pikirnya sangat bagus, yang luar biasa melayani orang2 lain, tapi yang dibuang dari gereja.
Haha.
Apa yang sesungguhnya ada di pikiranMU, Tuhan?

Dan baru beberapa hari yang lalu, seorang anakku yang prophetic, yang di Bandung, bertanya padaku..
Mami, kalau minggu depan Tuhan membereskan semua persoalannya dan memberi mami semua yang diperlukan, apakah mami langsung pindah Jakarta?

Aku jawab iya. Aku akan langsung mengurus kepindahan ke Jakarta.
Meskipun dalam hati, masih mustahil. Tapi memangnya ada yang mustahil bagi Tuhan?

Disambung oleh anak yang sama,
Si kakak gagal mom, apakah Tuhan menyuruh mami menggantikan dia?
Terus terang, itu sudah lewat jam 10 malam, dan aku tertawa sangat nyaring, pertama kalinya selama berbulan2, maybe tetanggaku bahkan bisa dengar suara tertawaku.
Aku tidak menjawab iya atau tidak.
Tuhan tidak mengatakan apa2 tentang itu.

Seorang anak lain tertawa dan berkata,
Jenderal akan datang. Aku tidak tau apa yang akan terjadi jika dia menginjakkan kaki di Jakarta. Aku tidak tau apa yang bisa terjadi jika dia memutuskan untuk akhirnya taat.



Rabu, 12 April 2017

Engkau di dalamku dan aku di dalamMu

Image result for i love you, God.



Ada suatu hari di mana seluruh kesalahan dibawa ke hadapanku.
Semua dosa, kekeliruan, kesengajaan yang memalukan, kekejaman tersembunyi, dan sebagainya.
Lalu aku merasa sangat buruk.
Sangat sangat buruk.

Dan perasaan yang paling dominan adalah: perasaan tidak layak.
Dan ingin sekali membuat begitu banyak alasan.

Namun ada sebuah suara lembut yang berkata,

Petra, jika cinta itu tidak mampu kau bayar dengan segala perbuatan baik, maka tidak ada satupun kesalahan yang mampu menghilangkan cinta itu.
Jika semua hal baik dan luar biasa yang kau lakukan, Tuhan yang mendapatkan kemuliaan dan pujian, dan semua kesalahan yang kau lakukan hanya Tuhanlah yang mampu menyelesaikannya, maka itu berarti... di dalam perbuatan benar dan di dalam kesalahan, kau tetap adalah milikNya.

Bukankah itu lah cinta yang selama ini diinginkan dunia?