Selasa, 17 Januari 2017

Empat Perempuan Dalam Gereja 04 - Imported

Image result for beautiful pretty wedding dress



Aku tidak tau mengapa aku melakukannya.
Bahwa aku mencari jawaban atas pertanyaan yang diam2 aku ajukan dalam sanubariku, iya.
Bahwa Tuhan tidak mau menjawab dengan jelas apa yang aku tanyakan, juga iya.
Dan bahwa aku juga tau bahwa aku tidak akan memperoleh jawabannya di gereja, iya, aku juga tau itu dengan jelas.

Lalu sebenarnya apa yang aku lakukan hari sabtu itu di gereja?

Tuhan bertanya padaku apa yang aku lakukan di sana, dan dengan airmata aku menjawab, bahwa aku sementara merendahkan diri.
Iya, aku memang datang untuk merendahkan diri.
Tapi merendahkan diri untuk apa?
Dan mengapa aku melakukannya? Aku juga tidak tau.

Dan bukan karena ajakan teman2 aku mau datang.
Sama sekali bukan.
Dan kalau kau menganggap itu karena teman2ku, itu hanya akan membuatku tertawa saja.
Tidak.
Tidak ada seorangpun yang bisa membujukku ataupun memaksaku melangkahkan kaki ke gereja manapun, jika bukan karena aku sendiri yang menginginkannya.
Gereja adalah sesuatu yang luar biasa sakral dan prinsipil buatku, dan pergi atau tidak pergi ke gereja bukan hanya persoalan ringan untukku.

Apa aku sebenarnya rindu? Haha.
Aku tidak tau.
Tapi aku yakin tidak.
Rindu dengan gereja di mana aku pernah menjadi gembala-nya, mungkin iya.
Tapi rindu dengan gereja katolik? Hahahaha... sama sekali tidak mungkin terjadi.
Rindu? Hmm.
Kalaupun rindu, itu bukanlah pada gerejanya.
Mungkin aku rindu pada suasana yang aku dapati di sana.
Suasana di mana aku duduk seperti orang biasa.
Dan tidak ada yang memperhatikan apa yang aku lakukan (yah kecuali beberapa orang dari kelompok kategorial di mana aku agak beken) :P :P :P
Tidak ada yang peduli apakah aku berlutut atau aku malah duduk di saat semua orang berlutut.
Tidak ada yang peduli apakah aku berdoa sambil membuka mata atau menutup mata.
Tidak ada yang menganalisa ekspresi wajahku saat mendengarkan romo membawakan renungannya.
Perasaan yang sangat indah...
Perasaan bukan siapa2 yang langka itu.
Perasaan that nobody care about my spiritual life :)
And that's sound so wonderful for me.

Ah... tapi aku rindu berkhotbah.
Bahkan saat mengetik ini, mataku berkaca-kaca (silahkan kalo ga percaya).

Pelayanan yang paling ku nikmati di gereja adalah berkotbah.
Aku tidak suka jadi worship leader.
Aku frustasi menyanyi dengan gaya yang diharapkan orang2 di depan.
Aku frustasi tidak bisa menyanyikan lagu2 kesukaanku, dan harus menyesuaikan dengan lagu yang diinginkan orang2 lain.
Aku benci jika aku memilih lagu yang ada kata haleluyah-nya, lalu tanpa ku sadari ternyata itu adalah masa advent, dan aku dipelototin orang2 segereja.
Aku benci jika aku memilih lagu yang ada kata kemuliaan-nya, dan lagu itu ku nyanyikan di tengah2, sementara mungkin aturan praise n worship lagu itu harus dinyanyikan terakhir.
Arrrrrrrrrrrggggghhh.
Aku benci memulai sebuah lagu dengan berkata, saudara2 mari kita menyanyikan lagu dengan judul bla bla bla... lalu menunggu pemain musiknya memulai sendiri.
Aku lebih suka berteriak ke arah keyboard, MUSIIIIIIICCCCCC....
Dan aku pernah melakukannya sekali.
Orang2 tua cemberut, sementara anak2 muda bersorak sorai.
Ya, aku memang dipuja semua yang masi muda LOL.

Tapi aku lebih suka berkhotbah.
Jika jadi worship leader pun, aku suka memulai pujian dengan berkhotbah 5 menit dulu. LOL.

---------------------------

Sejujurnya, pada dasarnya aku tidak sungguh2 tau apa yang menggerakkan aku melangkah ke gereja hari itu.
Dari dulu aku selalu belajar, bahwa jika Allah menanyakan sesuatu, Dia tidak sementara menginginkan jawaban. Bagaimanapun juga Dia mengetahui segala sesuatu.
Dia hanya ingin aku memikirkan pertanyaanNya, dan merenungkannya untuk diriku.

Petra, apa yang kau lakukan di sini? (di gereja katolik ini?)
Aku memberitau Tuhan,
bahwa aku datang merendahkan diri.

Tapi untuk apa, aku sungguh tidak mengetahui jawabannya.

Aku malah berharap Kau, Tuhan,  memberitahuku.
Karena mungkin itu penting.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar